Oleh. Amir Mahmudย
๐ฎ๐ฉ Bangsa yang Mulai Lupa pada Jiwanya
Di tengah hiruk-pikuk politik dan derasnya arus informasi, bangsa ini seakan kehilangan sesuatu yang paling berharga โ jiwa kebangsaannya.
Kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, masih mengibarkan merah-putih, namun makna di balik simbol-simbol itu mulai memudar.
Kebangsaan, yang seharusnya menjadi ruh persatuan dan pengikat moral, kini terlalu sering dijadikan alat retorika dan komoditas kepentingan.
๐ณ๏ธ Kebangsaan yang Menjadi Topeng
Ketika nilai kebangsaan ternodai, bangsa tidak kehilangan warna kulitnya โ melainkan nurani kolektifnya.
Banyak yang berteriak โNKRI harga matiโ, tetapi di saat yang sama menggadaikan kepentingan bangsa demi kekuasaan dan keuntungan pribadi.
Inilah bentuk penodaan nilai kebangsaan yang paling halus: bukan pengkhianatan terhadap bendera, melainkan terhadap maknanya.
โ๏ธ Erosi dari Dalam
Erosi nilai kebangsaan tidak datang dari luar negeri, tetapi dari dalam diri bangsa sendiri.
Ketika kejujuran dianggap kelemahan, integritas ditukar dengan akses, dan amanah dikalahkan oleh nafsu, maka kebangsaan sedang digerogoti dari dalam.
Rasulullah ๏ทบ mengingatkan:
ย ุนูููููููู
ู ุจูุงูุตููุฏูููุ ููุฅูููู ุงูุตููุฏููู ููููุฏูู ุฅูููู ุงููุจูุฑููุ ููุฅูููู ุงููุจูุฑูู ููููุฏูู ุฅูููู ุงููุฌููููุฉู
โHendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran menuntun kepada kebajikan, dan kebajikan menuntun ke surga.โ
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tanpa kejujuran, kebangsaan hanya menjadi topeng. Tidak ada cinta tanah air tanpa kejujuran kepada rakyat sendiri.
โค๏ธ Cinta Tanah Air Adalah Kesadaran Moral
Kebangsaan bukan sekadar warisan sejarah, tetapi tanggung jawab moral lintas generasi.
Para pendiri bangsa memahami bahwa cinta tanah air harus disertai akhlak dan tanggung jawab sosial.
Bung Karno menegaskan, nasionalisme Indonesia harus berperikemanusiaan, bukan menindas atau memecah.
Dalam Islam, prinsip แธฅubb al-waแนญan min al-ฤซmฤn (cinta tanah air bagian dari iman) menuntut kita menjaga negeri dengan keadilan dan menolak kezaliman.
Ketika korupsi, ketidakadilan hukum, dan kemiskinan dibiarkan, sesungguhnya yang ternoda bukan hanya pemerintahan, tetapi nilai kebangsaan itu sendiri.
๐ Bangsa Tanpa Jiwa
Bangsa yang kehilangan nilai kebangsaan akan berubah menjadi kerumunan tanpa arah.
Warga hidup bersama, tetapi tanpa rasa kebersamaan. Inilah gejala hari ini: intoleransi meningkat, ego sektoral menebal, dan kepedulian sosial memudar.
Bangsa yang hanya disatukan oleh kepentingan ekonomi akan mudah pecah oleh godaan materi.
Tetapi bangsa yang disatukan oleh nilai โ kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan tanggung jawab โ akan tetap tegak bahkan di tengah badai.
๐ฑ Menanam Ulang Nilai Kebangsaan
Sudah saatnya kita berhenti menyalahkan masa lalu dan mulai menanam ulang nilai kebangsaan dalam jiwa generasi muda.
Sekolah, rumah, tempat ibadah, dan ruang publik harus menjadi tempat penanaman moral, bukan sekadar ajang pencitraan.
Kita tidak butuh banyak yang hafal Pancasila, tetapi butuh lebih banyak yang menghidupinya.
Kita tidak kekurangan patriot di jalanan, tetapi kekurangan negarawan di ruang keheningan nurani.
๐๏ธ Penutup: Mengembalikan Jiwa Indonesia
Nilai kebangsaan tidak akan hancur oleh penjajahan asing, tetapi akan lenyap jika bangsa ini berhenti mencintai kebenaran.
Tugas kita bukan sekadar menjaga bendera agar tidak jatuh, tetapi menjaga agar jiwa bangsa tidak busuk dari dalam.
Indonesia akan tetap tegak bukan karena kuatnya ekonomi atau canggihnya teknologi,
melainkan karena masih ada orang-orang yang setia pada nilai โ jujur, amanah, dan berani berkata benar meski sendirian.
Itulah kebangsaan sejati, kebangsaan yang hidup karena iman dan keadilan. Editor. Amir
