SEKILAS INFO
Selamat Datang di Website Amir Mahmud Center
Jumat, 14/3/2025

Menghindari Ekstremisme dalam Pemahaman Agama

Akbar (Kabid Hikmah DPD IMM Jateng)

Oleh: Akbar (DPD IMM Jawa Tengah)

Agama adalah sumber nilai-nilai luhur yang mengajarkan kebaikan, keadilan, dan kasih sayang. Namun dalam praktiknya, pemahaman terhadap ajaran agama tidak selalu berjalan seimbang. Ekstremisme dalam pemahaman agama, baik yang bersifat terlalu longgar (tasahul) maupun terlalu ketat (tasyaddud), dapat menimbulkan masalah serius dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Ekstremisme tidak hanya merusak citra agama, tetapi juga dapat memicu konflik dan perpecahan. Oleh karena itu kita perlu memahami bagaimana menghindari ekstremisme dalam pemahaman agama dan mengedepankan sikap moderat (wasathiyyah).

Apa Itu Ekstremisme dalam Pemahaman Agama?
Ekstremisme dalam pemahaman agama adalah sikap atau pandangan yang berlebihan dalam menafsirkan dan mengamalkan ajaran agama. Sikap ini dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu ekstrim kanan dan ekstrim kiri. Ekstrem Kanan adalah sikap yang terlalu ketat dan kaku dalam memahami agama, seringkali mengabaikan konteks dan kenyataan kehidupan. Contohnya adalah kelompok yang menganggap hanya pemahaman merekalah yang benar, sementara yang lain dianggap sesat. Ekstrem kiri merupakan Sikap yang terlalu longgar dan mengabaikan prinsip-prinsip dasar agama, seringkali dengan alasan modernisasi atau penyesuaian zaman. Kedua bentuk ekstremisme ini sama-sama berbahaya karena dapat menimbulkan distorsi terhadap ajaran agama yang sebenarnya.

Penyebab Ekstremisme dalam Pemahaman Agama
Beberapa faktor yang dapat memicu ekstremisme dalam pemahaman agama antara lain pemahaman agama yang parsial, di mana seseorang hanya memahami agama dari satu sisi atau satu sumber tanpa mempertimbangkan konteks dan tujuan syariah (maqashid syariah), seperti hanya fokus pada ayat-ayat yang berbicara tentang hukuman tanpa memperhatikan ayat-ayat tentang kasih sayang dan pengampunan. Selain itu, pengaruh lingkungan dan kelompok juga berperan besar, karena lingkungan atau kelompok yang homogen dan tertutup dapat memicu pemikiran ekstrem, di mana seseorang yang hanya bergaul dengan kelompok tertentu cenderung menganggap pemahaman kelompoknya sebagai satu-satunya kebenaran. Kurangnya literasi agama juga menjadi faktor penting, karena kurangnya pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama membuat seseorang rentan terpengaruh oleh pemikiran ekstrem, sehingga tanpa pengetahuan yang memadai, seseorang mudah terjebak pada penafsiran yang sempit dan literal. Sama halnya dengan politik dan kepentingan kelompok yang turut memicu ekstremisme, karena agama seringkali digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan politik atau kepentingan kelompok tertentu, terutama ketika agama dijadikan alat legitimasi untuk kekerasan atau diskriminasi.

Dampak Negatif Ekstremisme dalam Pemahaman Agama
Ekstremisme dalam pemahaman agama memiliki dampak yang serius, baik bagi individu masyarakat maupun, di antaranya adalah konflik dan perpecahan, di mana ekstremisme dapat memicu konflik beragam antarumat atau bahkan sesama umat beragama karena perbedaan pemahaman yang dipaksakan, sehingga menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Selain itu, kekerasan atas nama agama juga membawa dampak negatif yang sering terjadi, di mana banyak kasus kekerasan seperti terorisme atau penyerangan terhadap kelompok tertentu dilakukan dengan dalih agama, yang seringkali dipicu oleh pemahaman agama yang ekstrem. Dampak lainnya adalah merosotnya citra agama, karena ekstremisme merusak citra agama sebagai sumber kedamaian dan kasih sayang, sehingga agama yang seharusnya menjadi rahmat bagi seluruh alam justru dianggap sebagai ancaman akibat tindakan segelintir orang yang berpikiran ekstrem. Ekstremisme juga menyebabkan hilangnya toleransi dan pluralisme, karena sikap ekstrem membuat seseorang sulit menerima perbedaan dan keragaman, padahal ini bertentangan dengan prinsip Islam yang mengakui keberagaman sebagai sunnatullah (ketetapan Allah).

Cara Menghindari Ekstremisme dalam Pemahaman Agama
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, di antaranya adalah mempelajari agama secara komprehensif, yaitu mempelajari agama dari berbagai sumber yang terpercaya dan memahami konteks serta tujuan syariah, karena pemahaman yang komprehensif akan membantu kita menghindari penafsiran yang sempit dan literal. Selain itu, mengutamakan nilai-nilai universal juga sangat penting, karena agama mengajarkan nilai-nilai seperti keadilan, kasih sayang, dan toleransi, sehingga dengan mengutamakan nilai-nilai ini, kita dapat menghindari sikap ekstrem yang bertentangan dengan prinsip dasar agama. Menghargai perbedaan pendapat, karena perbedaan pendapat dalam agama adalah hal yang wajar, dan menghargai perbedaan serta tidak memaksakan pendapat sendiri adalah sikap yang diajarkan oleh Islam, sebagaimana dikatakan oleh Imam Syafi’i “Pendapatku benar, tetapi mungkin saja salah. Pendapat orang lain salah, tapi mungkin saja benar”.
Selanjutnya, mengembangkan sikap toleransi dan dialog antaragama atau antarmazhab sangat perlu dibuyakan untuk menghindari ekstremisme, karena dengan berdialog, kita dapat memahami perspektif orang lain dan menemukan titik temu. Menghindari kelompok fanatisme dan mengedepankan moderasi (wasathiyyah) adalah langkah utama, karena Islam adalah agama yang mengajarkan moderasi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah: 143) “Dan demikianlah Kami menjadikan kamu (umat Islam) sebagai umat yang tengah (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia.”. Moderasi inilah yang menjadi kunci untuk menghindari ekstremisme.
Selain itu, kita saat ini berada di momen Ramadhan, bulan yang mengajarkan kita untuk mengendalikan hawa nafsu, termasuk nafsu untuk bercinta secara ekstrem. Puasa melatih kita untuk bersabar, berpikir jernih, dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Nilai-nilai ini sejalan dengan prinsip moderasi. Ramadhan juga mengajarkan kita untuk lebih peduli dan berempati terhadap sesama, yang merupakan antidot bagi sikap ekstrem.

Menghindari ekstremisme dalam pemahaman agama adalah tanggung jawab setiap individu. Dengan mempelajari agama secara komprehensif, mengutamakan nilai-nilai universal, menghargai perbedaan, dan mengedepankan moderasi, kita dapat mewujudkan pemahaman agama yang seimbang dan harmonis. Agama seharusnya menjadi sumber kedamaian, bukan konflik. Sebagai umat beragama, kita harus menjadi contoh dalam menerapkan nilai-nilai moderasi dan toleransi, sehingga agama dapat benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam.