Oleh: Amir Mahmud ( AMC)

Menkeu RI. Purbaya
Di tengah kelesuan moral dan kegaduhan politik, muncul sosok yang menghadirkan harapan baru: Bapak Purbaya, Menteri Keuangan yang dikenal jujur, amanah, nasionalis, dan religius. Ia bukan orang partai, bukan bagian dari lingkaran politik, tetapi seorang teknokrat yang lahir dari keyakinan bahwa pengelolaan negara adalah amanah, bukan arena kepentingan.
Namun, justru karena itu, langkahnya tak akan mudah. Integritas yang teguh sering kali menjadi ancaman bagi mereka yang terbiasa bersembunyi di balik kabut kekuasaan.
Ketegangan Lama antara Politik dan Integritas
Politik dalam pengertian ideal adalah seni mengelola kekuasaan demi kemaslahatan rakyat.
Namun dalam praktiknya, politik sering bergeser menjadi seni mempertahankan kekuasaan demi kelompok dan diri sendiri.
Integritas menuntut kejujuran dan keberanian, sedangkan politik praktis sering menuntut kompromi dan kelicikan.
Maka, tidak heran bila orang jujur sering dianggap tidak “realistis” di tengah sistem yang rusak.
Bapak Purbaya, dengan reputasinya yang bersih dan prinsipnya yang lurus, akan berhadapan dengan realitas politik yang keras: para politisi, DPR, dan jaringan kepentingan ekonomi yang bisa saja terganggu oleh sikap transparan dan kebijakan antikorupsinya.
Di titik inilah politik dan integritas berhadapan langsung, seperti air jernih yang masuk ke wadah berlumpur.
Integritas: Jalan Sunyi di Tengah Hiruk Pikuk Kekuasaan
Integritas selalu diuji di medan kekuasaan.
Menjadi jujur ketika tak ada yang melihat itu baik; tetapi menjadi jujur ketika banyak yang ingin menjatuhkan, itu luar biasa.
Banyak pejabat gagal bukan karena tak pandai, melainkan karena tak tahan berdiri di sisi yang benar saat angin kekuasaan berembus ke arah sebaliknya.
Dalam politik modern yang sering kali kehilangan moral, keberanian seperti Purbaya adalah barang langka. Ia bukan sekadar pengelola anggaran, tetapi penjaga nurani fiskal bangsa.
Dan seperti setiap penjaga nilai, ia akan menghadapi ujian dari mereka yang merasa terancam oleh kejujuran.
Moralitas dalam Politik: Jalan Menuju Peradaban
Politik seharusnya tidak berlawanan dengan integritas.
Sebaliknya, politik adalah instrumen untuk mewujudkan nilai-nilai integritas dalam kehidupan publik.
Rasulullah bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa kekuasaan bukan hadiah, melainkan beban moral yang akan dimintai pertanggungjawaban.
Oleh sebab itu, pemimpin yang jujur seperti Purbaya bukan sekadar pejabat publik, tetapi wakil nilai-nilai moral bangsa.
Pertarungan yang Tak Terhindarkan
Kita tahu, mereka yang bersih akan selalu diganggu oleh yang kotor.
Para mafia ekonomi, politisi busuk, dan pemain lama akan merasa kehilangan ruang ketika sistem menjadi transparan.
Karena itu, tidak berlebihan jika kita katakan: perjuangan orang jujur bukan melawan lawan politik, melainkan melawan sistem yang menormalisasi kebusukan.
Namun, sejarah selalu berpihak pada yang tulus.
Mereka mungkin diserang, difitnah, bahkan dijatuhkan — tapi ide, nilai, dan teladan mereka akan tetap hidup.
Pandangan AMC: Politik Beradab dan Etika Publik
Amir Mahmud Center (AMC) meyakini bahwa politik tanpa moral adalah kehancuran yang ditunda.
Kekuasaan yang kehilangan integritas akan melahirkan korupsi dan ketidakadilan.
Sebaliknya, ketika integritas menjadi panduan, politik akan menjadi jalan ibadah, bukan alat ambisi.
AMC memandang bahwa bangsa ini harus berani menumbuhkan tradisi baru:
tradisi politik beradab, di mana kekuasaan tunduk kepada nurani dan kepentingan rakyat lebih tinggi daripada intrik partai.
Bapak Purbaya mewakili semangat itu — semangat merah putih yang berpadu dengan nilai ilahiah. Editor Amir
