SEKILAS INFO
Selamat Datang di Website Amir Mahmud Center
Jumat, 7/11/2025

Sukses yang Beradab — Membaca Pesan Moral dari Pak Purbaya

Oleh. Amir Mahmud. 

Ketika seorang pejabat publik berbicara tentang sukses, publik biasanya membayangkan pencapaian karier, posisi strategis, atau kestabilan ekonomi. Namun, ketika Pak Purbaya mengatakan, “Sukses, semua yang dibutuhkan bisa kita dapatkan, terus kita berbuat baik di sini selama di dunia bahagia, nanti mati masuk Surga,” ia sebenarnya sedang menanamkan cara pandang baru: sukses bukan sekadar capaian, tetapi keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Dalam satu kalimat sederhana, tersimpan gagasan besar tentang integritas dan kebijaksanaan hidup. Kalimat itu bukan slogan motivasi biasa, tetapi refleksi nilai moral dari seorang pejabat yang memahami bahwa kekuasaan dan jabatan hanyalah titipan. Bahwa setelah semua tercapai, masih ada tanggung jawab yang lebih tinggi: berbuat baik dan menebar manfaat.

Sukses Bukan Hanya Soal Capaian

Di tengah dunia yang menuhankan hasil, pandangan seperti ini terasa langka. Banyak orang mengejar kesuksesan dengan cara apa pun, bahkan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Kalimat Pak Purbaya justru mengingatkan: setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan, jangan lupa tujuan hidup yang lebih hakiki — berbuat baik.
Inilah prinsip dasar dari peradaban yang beradab: kesejahteraan tidak akan bermakna tanpa kebajikan.

Keseimbangan Dunia dan Akhirat

Islam telah lama mengajarkan keseimbangan itu. Allah ﷻ berfirman:

> وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia.”
(QS. Al-Qashash [28]: 77)

Ayat ini menjadi pondasi etika pembangunan peradaban Islam: dunia bukan musuh akhirat, keduanya harus selaras. Dunia tempat menanam, akhirat tempat memanen. Maka, berbuat baik di dunia bukan hanya amal sosial, tapi investasi spiritual.

Kepemimpinan yang Menyadari Akhir

Ungkapan itu juga memiliki dimensi kepemimpinan. Seorang pemimpin yang sadar bahwa kebahagiaan sejati adalah “mati masuk Surga” berarti ia memiliki kesadaran eskatologis — sebuah kesadaran bahwa setiap kebijakan dan tindakan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Kesadaran ini adalah inti dari etika publik Islam, yang menjadikan kekuasaan sebagai amanah, bukan privilese.

Refleksi AMC: Membangun Peradaban Sukses yang Beradab

Bagi Amir Mahmud Center (AMC), pesan ini adalah napas dari cita-cita peradaban Islam modern: bahwa kemajuan ekonomi, kemakmuran sosial, dan kebahagiaan spiritual tidak boleh dipisahkan.
Negara akan kuat jika pejabatnya berintegritas, masyarakatnya produktif, dan semua memiliki kesadaran moral bahwa setiap kesuksesan duniawi hanyalah jembatan menuju kebaikan akhirat.

Ketika ekonomi tumbuh tanpa etika, yang lahir adalah keserakahan. Tapi ketika ekonomi bergerak dengan kesadaran moral, yang tumbuh adalah keberkahan. Maka, pesan Pak Purbaya bukan hanya renungan pribadi, tetapi arah baru bagi kebijakan publik yang berlandaskan kebajikan.

Penutup

Sukses yang sejati bukanlah sekadar ketika kita memiliki segalanya, tetapi ketika kita mampu menjadikan segala yang kita miliki sebagai sarana berbuat baik.
Bahagia di dunia hanyalah permulaan; tujuan akhirnya adalah pulang dalam ridha Allah.

Itulah sukses dalam membangun peradaban yang memadukan iman, akal, dan kemaslahatan umat. Editor Amir