Oleh. Amir Mahmud.
Reformasi 1998 membuka ruang demokrasi, namun juga meninggalkan paradoks: korupsi dan kolusi masih bertahan dalam wajah baru. Dalam situasi ini, ujian terbesar pemerintah adalah menjaga jarak dari politik kepentingan dan keberanian melawan arus kompromi.
Bangsa ini tidak akan maju jika mafia keuangan, mafia proyek, dan mafia hukum terus hidup di balik slogan-slogan reformasi. Korupsi bukan hanya pelanggaran hukum, melainkan pengkhianatan terhadap kepercayaan rakyat.
Sosok Purbaya dan Jaksa Agung: Simbol Keberanian Moral
Di tengah situasi yang penuh tekanan politik, muncul figur yang menunjukkan bahwa integritas masih mungkin tumbuh.
Purbaya Yudhi Sadewa, dengan ketegasan dan kejujurannya, berani menyuarakan kepentingan rakyat di tengah kepentingan elit.
Demikian pula Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin, yang memperlihatkan bahwa supremasi hukum masih bisa ditegakkan dengan keberanian.
Keduanya adalah aset kehormatan bangsa — simbol bahwa di tengah sistem yang kerap berkompromi, masih ada pejabat yang memilih berpihak pada kebenaran.
“Pemerintah harus melihat keberanian seperti Purbaya dan Jaksa Agung bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai pelita moral bagi negara.” — Editorial AMC. Editor. Amir
